Berikut 7 tokoh nasional keturunan Indonesia-Tionghoa yang berjasa terhadap nusa dan bangsa :
1. Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie
Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie atau Jahja Daniel Dharma merupakan seorang perwira tinggi Angkatan laut yang sarat pengalaman dan juga jasa. Mengawali perjalanan hidup sebagai seorang pelaut, John Lie ikut sebuah kapal dagang Belanda sebelum bergabung dengan Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi dan akhirnya menjadi Kapten di Angkatan Laut Republik Indonesia. Ia berjasa mengawal barang-barang yang ditukar dengan senjata di Singapura untuk melawan pemerintah Belanda. Oleh karena terlalu tenggelam dalam kehidupannya sebagai tentara Indonesia, ia baru sempat menikah ketika usianya menginjak 45 tahun. Laksamana Muda John Lie meninggal pada 27 Agustus 2008. Ia mendapat gelar Bintang Mahaputera Utama dari mantan presiden Soeharto pada 1995 dan Bintang Mahaputera Adiprana serta Pahlawan Nasional oleh Presiden SBY pada 2009.
2. Djiaw Kie Song
Peristiwa Rengas dengklok mungkin tak akan pernah terjadi tanpa adanya campur tangan Djiaw Kie Song. Ia rela membiarkan rumahnya dijadikan tempat “penyanderaan” Sukarno dan Hatta oleh para tokoh pemuda di antaranya Sukarni, Chaerul Saleh, dan Adam Malik pada Kamis, 16 Agustus 1945. Djiaw Kie Song adalah seorang petani biasa yang tingal di Dusun Bojong, Rengasdengklok, Karawang. Sekarang rumah tersebut masih ditinggali oleh keluarganya. Sebelum meninggal pada 1964, Djiaw berpesan agar keluarganya tak boleh meminta imbalan apapun dari orang lain. Setiap orang yang ingin tahu sejarah rumah itu harus dilayani. Djiaw pernah mendapatkan piagam penghargaan dari Mayjen Ibrahim Adjie pada 1961 ketika ia menjabat sebagai Pangdam Siliwangi.
3. Abdurrahman Wahid
Mungkin tak banyak yang tahu, namun Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur pernah menyatakan bahwa ia mempunyai darah Tionghoa mengalir dalam nadinya. Dengan terbuka ia mengakui bahwa ia masih memiliki garis keturunan dari Tan Kim Han yang menikahi Tan A Lok yang merupakan saudara Raden Patah (Tan Eng Hwa) yang mendirikan Kesultanan Demak. Menurut riset yang dilakukan seorang peneliti berkebangsaan Prancis, Louis Charles Damais, Tan Kim Han dikenal sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang dimakamkan di situs sejarah Trowulan.
4. Lauw Chuan Tho
Bersama
beberapa tokoh keturunan Tionghoa lain seperti sejarawan Ong Hok Ham dan
pendiri harian Kompas, P.K. Ojong, Lauw Chuan Tho turut terlibat dalam
pencetusan Piagam Asimilasi yang menganjurkan agar warga keturunan Tionghoa sepenuhnya
berasimilasi dengan masyarakat Indonsia. Lauw Chuan Tho memeluk Islam pada 1979
dan mulai dikenal sebagai Junus Jahja. Ia menjadi penyokong berdirinya Masjid
Lautze di Jakarta serta Yayasan Haji Karim Oei. Junus Jahja yang pernah
dilantik menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung pernah dianugerahi gelar
Bintang Mahaputra.
5. Siauw Giok Tjhan
5. Siauw Giok Tjhan
Siauw
Giok Tjhan yang lahir di Surabaya pada 1914 merupakan salah seorang tokoh
pejuang yang berhasil membawa Indonesa keluar dari belenggu penjajahan Belanda.
Siauw Giok Tjhan yang juga ahli bela diri kung fu ini tercatat pernah menjadi
Ketum Baperki, anggota BP KNIP, Menteri Negara, anggota parlemen RIS dan DPR,
serta anggota DPRGR/MPRS juga anggota DPA. Ia turut berkontribusi pada
pendirian Universitas Trisakti yang dulu bernama Universitas Res Publika.
6. Lie
Eng Hok
Lie Eng
Hok dikenal luas sebagai tokoh Perintis Kemerdekaan Indonesia pada masa
pergerakan melawan penjajah Belanda. Ia adalah salah satu tokoh yang memimpin
pemberontakan 1926 di Banten. Waktu itu, bersama rekan-rekan seperjuangannya ia
merusak jalan, rel kereta api, jembatan, rumah-rumah dan kantor-kantor Belanda
untuk menunjukkan perlawanan terhadap pemerintahan kolonial yang menindas
masyarakat. Eng Hok juga dikenal sebagai wartawan Surat Kabar Sin Po. Ia memilih
menjadi penambal sepatu untuk menyambung hidup daripada mengabdikan diri pada
penjajah Belanda. Pada 22 Januari 1959, Lie Eng Hok mendapat gelar Pahlawan
Perintis Kemerdekaan RI.
7. Soe
Hok Gie
Soe Hok
Gie merupakan tokoh keturunan Tionghoa termuda dalam daftar ini. Walaupun
meninggal pada usia muda (26 tahun), ia mewariskan idealisme kokoh khususnya
kepada para mahasiswa Indonesia yang rajin berdemo di jalanan untuk menentang
pemerintahan yang tidak mementingkan kepentingan rakyat. Soe Hok Gie merupakan
pemuda cerdas yang berani melontarkan kritik bahkan terhadap gurunya sendiri
sewaktu ia mendapati gurunya bertindak otoriter. Mantan mahasiswa Jurusan
Sejarah Universitas Indonesia ini sangat vokal dalam usaha penggulingan
pemerintahan Orde Lama yang dianggapnya korup dan tidak lagi memedulikan
rakyat. Tulisan-tulisannya yang sudah dihimpun menjadi beberapa buku menjadi
buku wajib para aktivis mahasiswa. Hok Gie yang merupakan seorang pecinta alam
meninggal secara tragis pada 1969 sehari sebelum hari ulang tahunnya di Gunung
Semeru akibat menghirup gas beracun. Seorang kawannya, Idhan Lubis, juga turut
meninggal di lokasi yang sama.
0 komentar:
Posting Komentar