Sang Buddha berkata bahwa air diumpamakan sebagai kamma baik dan garam diumpamakan sebagai kamma buruk. Jadi kamma baik yang banyak akan mengurangi akibat daripada kamma buruk.. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita untuk melakukan banyak kebajikan untuk mengatasi kamma buruk masa lampau kita. Apa yang telah berlalu, tak dapat kita rubah; kita hanya dapat mewaspadai saat ini. Mewaspadai saat ini, kita harus melakukan banyak kebajikan (termasuk menghindari kejahatan, yakni menjalankan sila).
Semua kamma yang kita lakukan memiliki potensi untuk berbuah. Tetapi, tidak setiap kamma akan matang. Sang Buddha berkata apabila setiap kamma harus matang, maka kita tidak dapat keluar dari samsara (lingkaran kelahiran kembali). Ini dikarenakan timbunan kamma kita sangat besar dari banyak kehidupan lampau kita.
Contoh yang baik adalah Angulimala, bandit yang membunuh ratusan orang. Dia tinggal di hutan, dan dia juga sangat kuat, bertenaga dan cepat sehingga dia membunuh banyak orang yang berjalan melewati hutan. Dia mempunyai kebiasaan memotong jempol dan jari dari orang-orang yang dia bunuh, dan membuatnya menjadi kalungan bunga yang dipakai di lehernya, itulah sebabnya dia dipanggil Angulimala, yang berarti ‘pemakai kalungan jari’. Sang Buddha mengetahui bahwa raja akan diminta oleh orang-orang untuk mempersiapkan tentara untuk membunuh Angulimala karena mereka takut melewati bukit tersebut sehubungan dengan banyaknya orang yang terbunuh di sana. Dengan niat menyelamatkan Angulimala, Sang Buddha berjalan keatas bukit sendirian untuk mencarinya.
Bandit Angulimala melihat Sang Buddha dan berpikir akan mudah membunuhnya. Jadi dia mengikuti dari belakang dan lari mengejar dengan pisau dan senjata. Dia ingin membunuh Sang Buddha, tetapi walaupun dia berlari sangat cepat, dia akhirnya tahu bahwa dia tak dapat mendekati Sang Buddha karena Sang Buddha menggunakan kekuatan supranormal. Jadi Angulimala berhenti dan meminta Sang Buddha untuk berhenti. Sang Buddha berbalik dan melihat Angulimala, dan berkata kepadanya, “ Saya telah berhenti, Angulimala; berhenti jugalah kamu.” Angulimala berpikir sendiri, “Mengapa orang ini berkata saya belum berhenti dan dia telah berhenti?” dan dia meminta Sang Buddha untuk menjelaskan.
Sang Buddha berkata kepadanya, “Saya telah berhenti melukai semua makhluk, tapi kamu masih belum.” Sang Buddha kemudian mengajari dia Dhamma dan setelah mendengarkannya, Angulimala sepenuhnya berubah. Angulimala melempar senjatanya dan meminta Sang Buddha untuk mengizinkannya menjadi bhikkhu. Jadi Sang Buddha berjalan pulang ke Vihara, dan Angulimala mengikuti Beliau, dan menjadi bhikkhu.
Raja yang diminta untuk membunuh Angulimala merasa takut walaupun dia bersama dengan tentaranya karena reputasi Angulimala sebagai bandit yang keji. Jadi raja pergi melihat Sang Buddha di Vihara hutan, mungkin dengan harapan mendapatkan berkah dari Sang Buddha. Sang Buddha melihat raja lengkap dengan baju perangnya dan dikelilingi oleh tentaranya, dan Sang Buddha bertanya kemana raja akan pergi. Raja berkata bahwa dia diminta oleh orang-orang untuk menangkap dan membunuh Angulimala, dan dia sedang dalam perjalanan melakukannya.
Sang Buddha bertanya pada raja seandainya dia melihat Angulimala sebagai seorang bhikkhu saat ini, terkendali dan baik, bagaimana dia akan berbuat? Raja berkata dia akan memberikan penghormatan pada dirinya dan melindungi dan mendukung dia seperti bhikkhu yang lain. Sang Buddha kemudian menunjuk pada Angulimala dan berkata, “Raja agung, itulah Angulimala.” Ketika raja berbalik dan melihat Angulimala, rambutnya berdiri dan dia menjadi ketakutan. Sang Buddha menenangkan raja dan berkata, “Jangan takut, raja agung, jangan takut. Tidak ada apapun dari dia yang membuatmu takut.” Raja sulit untuk percaya, tetapi dia setuju karena Sang Buddha yang berkata demikian. Oleh karenanya, raja memberikan penghormatan dan mendukung Angulimala.
Kemudian Angulimala berusaha dengan sangat keras dan menjadi seorang Arahat. Coba pikirkan hal itu! Dia tidak harus dilahirkan kembali di alam neraka untuk ratusan ribu tahun untuk membayar hutang kammanya! Jasa kebajikan dari pelatihan kehidupan suci dan mencapai tingkat kesucian sangat besar sampai-sampai dapat membebaskan kita dari kelahiran kembali di alam yang menderita. Jadi kita bisa melihat di antara ketiga landasan tindakan bajik, perkembangan batin (bhavana) melampaui kemoralan (sila) dan kedermawanan (dana).
Dikutip dari buku "Hanya Kitalah Yang Dapat Menolong Diri Kita Sendiri" 1997-1999
==============================================================
Download E-Book Hanya Kitalah Yang Dapat Menolong Diri Kita Sendir - [[clik download]]
0 komentar:
Posting Komentar