Oleh : Geshe Lhundub Sopa
Seorang guru besar India pada abad ke-11 bernama Atisha mengatakan :
"Hidup manusia sangat singkat,
Hal yang ingin diketahui sangat banyak,
Jadilah seperti angsa,
Yang sanggup memisahkan susu dari air".
Kehidupan kita akan berlangsung lama dan kita bisa memutar haluan kehidupan menuju berbagai tujuan yang ingin dicapai. Layaknya angsa yang mampu memisahkan susu dari air, kita hendaknya menyaring intisari kehidupan kita dengan melatih pengertian mendalam yang mampu membedakan dan terjun ke dalam aktivitas - aktivitas yang membawa manfaat, baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain dalam kehidupan ini dan kehidupan mendatang.
Setiap mahkluk hidup menginginkan kebahagiaan tertinggi dan terbebas dari semua jenis penderitaan, namun tujuan hidup manusia harus lebih tinggi daripada binatang-binatang, serangga-serangga, dan sebagainya, karena kita sebagai manusia memiliki potensi besar; dengan kapasitas intelektual spesial yang kita miliki, kita dapat melakukan banyak hal. Sebagai praktisi spiritual, kita harus berjuang demi mencapai kebahagiaan dan kebebasan dari kesengsaraan tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga demi semua makhluk. Kita memiliki intelegensi dan kemampuan untuk berlatih metode-metode untuk merealisasikan tujuan-tujuan ini. Kita bisa memulai dari tempat kita berada sekarang ini dan secara bertahap mencapai level yang lebih tinggi hingga kesempurnaan. Beberapa orang bahkan dapat mencapai tujuan yang tertinggi, pencerahan dalam satu kehidupan.
Dalam Bodhicaryavatara, seorang praktisi luar biasa dan sekaligus seorang boddhisatwa, Shantideva menuliskan :
"Meskipun kita menginginkan semua kebahagiaan,
Kita secara tidak sadar menghancurkannya bagaikan seorang musuh.
Meskipun kita tidak menginginkan adanya penderitaan,
Kita sibuk menciptakan penyebabnya."
Apa yang kita inginkan dan apa yang kita lakukan sangat bertolak belakang. Hal-hal yang kita lakukan untuk membawa kebahagiaan sebenarnya mengakibatkan penderitaan, kesengsaraan, dan masalah. Shantideva berkata bahwa meskipun kita menginginkan kebahagiaan, secara tidak sadar kita menghancurkannya layaknya musuh terbesar kita.
Berdasarkan ajaran Buddha, pertama-tama kita harus belajar. Dengan bertanya, apakah mungkin untuk terlepas dari penderitaan dan menemukan kebahagiaan sejati, kita membuka pintu-pintu penyelidikan spiritual dan menemukan bahwa dengan menempatkan usaha dan menaruh kebijaksanaan kita pada arah yang tepat, kita benar - benar bisa mencapai tujuan tersebut. Hal ini mengarahkan kita untuk mencari jalan menuju pencerahan. Buddha memberikan banyak tingkat ajaran. Sebagai manusia, kita dapat mempelajarinya, tidak hanya demi mempelajari namun untuk menerapkan metodenya menjadi latihan.
0 komentar:
Posting Komentar